Assalamualaikum.
Saya adalah salah satu orang yang mendukung pernyataan bahwa teman adalah seseorang yang menyenangkan. Masa-masa kecil saya memang tidak begitu mengasikkan karena tindakan bullying yang kerap saya terima dari orang-orang disekitar. Namun demikian, dengan adanya beberapa teman, hidup saya menjadi lebih bermakna dan penuh canda tawa.
Sahabat Orang Polandia Pertama, Krzystof! |
Berada di Polandia membuat saya jauh dari teman, keluarga dan orang yang saya cintai. Terkadang merasa rindu dan ingin sekali rasanya saya pulang. Tak jarang saya melakukan video call untuk melepas rasa rindu.
Orang Indonesia di Polandia memang hanya segelintir. Bahkan bisa sangat mudah dihitung dengan jari. Tapi, di kota Wroclaw, saya merasa sangat beruntung karena memiliki banyak teman sebangsa. Merekalah yang juga terkadang menjadi tempat saya untuk mengutarakan isi hati. Ditambah lagi, mereka seakan rela dan ringan tangan untuk membantu dan memberi sesuap nasi.
Walau begitu, saya tidak ingin menjadi seseorang yang memiliki lingkaran pertemanan yang sempit. Bagi saya untuk dapat berteman dengan banyak orang dan menjalin hubungan yang menyenangkan adalah sebuah proses yang tak akan terhenti. Maka dari itu, mumpung saya di Poalndia, Saya ingin mendapatkan seorang teman berkebangsaan Polandia. Seperti yang di katakan para senior penerima beasiswa ignacy, "jika berteman dengan orang Polandia dan mereka mereka merasa nyaman dengan kita, maka mereka akan jadi teman yang baik dan selalu membantu".
Sejak itulah saya sangat 'ngebet' untuk mendapatkan teman orang Polandia.
Mendapatkang teman orang Polandia menurut saya agak sulit. Karena mereka cenderung berteman dengan yang sebangsa. Bagi sebagian dari mereka, Orang asing tetaplah orang asing.
Tapi saya tidak kehabisan akal. Saya pun menggunakan teknik lama (saat belajar bahasa Inggris secara otodidak) yaitu menggunakan sosial media untuk berteman dan berkomunikasi.
Saya menggunakan salah satu aplikasi cari jodoh yang cukup famous di Google play, Badoo. Awalnya agak ngeri untuk mencari teman melalui aplikasi tersebut karena aplikasi tersebut mungkin dapat menghadirkan mudharat yang besar. Namun, karena niat saya adalah untuk mencari teman, insyaAllah saya yakin pasti akan berujung baik.
Proses mendapatkan teman melalui aplikasi Badoo
Prosesnya emang agak sedikit aneh, karena saya harus melihat setiap orang yang muncul di screen dan memilih untuk 'berteman' atau tidak. Saya memilih hanya menampilkan laki-laki saja, karena jika perempuan pasti saya akan menjadi tidak baik-baik saja.
Setelah memilih kira-kira siapa yang 'pas' buat dijadikan teman, saya menemukan akun Krzysztof. Saat melihat deskripsi Krzysztof, dia berkata bahwa ia tidak mencari *maaf* seks dan hubungan. Dia mencari pertemanan saja. This is what I am looking for!
Karena sepertinya dia orang yang baik, saya pun memulai percakapan dengan basa basi dan menggunakan bahasa Polish. Percakapan kami pun berjalana lancar dan sangat seru. Kami juga membahas tentang kehidupan di Polandia dan tentang ilmu komputer.
Karena dirasa saya adalah orang baik dan tidak neko-neko, Ia memberikan saya nomer Whatsapp dan Skype miliknya. Dan akhirnya, kamipun pindah ke Whatsapp karena saya merasa akan segera menguninstall aplikasi tersebut.
Percakapan di Whatsapp
Kami pun melanjutkan chatting melalui whatsapp. Saya memulai percakapan dengan bilang "hi". Karena kata 'czesc atau hi' disini sudah sangat biasa untuk di ucapkan saat bertemu.
Kami membahas tentang Polandia dan ilmu komputer khususnya jaringan. Karena Krzystof merupakan alumni Komputer Science bidang Jaringan di Politeknika Wroclaw. Ia juga sudah bekerja sebagai DevOps.
Percakapan di Skype
Terkadang selain di WhatsApp kami juga chat melalui Skype karena Krzystof lebih prefer untuk chatting menggunakan laptop. Dia juga mengajari teamnnya bahasa Inggris melalui skype. Maka dari itu, akan lebih mudah apabila saya chatting melalui Skype karena akan dibalas lebih cepat, wkwk.
Bahasa yang kami gunakan adalah bahasa Polandia atau bahasa Inggris. Namun karena saya sangat 'lemot' bahasa polishnya, jadi terkadang kami harus menggunakan bahasa Inggris.
Di keesokan harinya kami mencoba untuk melakukan video call. Kami menghabiskan waktu kurang lebih hampir 1 jam membahasa tentang polandia, dan bagaimana saya bisa berada di Polandia.
Overall, Krzystof adalah orang yang baik dan nyambung juga kalau di ajak bicara karena bahasa Inggrisnya sangat lancar dan suaranya jernih.
--
Berdasarkan pengalaman saya berbicara dengan orang Polandia yang dapat berbicara bahasa Inggris, rata-rata mereka tidak terlalu paham bahasa Inggris. Mereka juga terkadang misunderstandig, gw tanya apa, jawabnya apa.
--
Kembali ke Krzystof. Krzystof juga merupakan pribadi lucu dan friendly.
Namun begitu, ada satu hal yang sangat menyentuh hati kecil saya terkait Krzystof. Ternyata Krzystof tidak dapat berjalan / penyandang disabilitas. Saya tidak berani untuk bertanya karena itu pasti akan menjadi hantaman berat baginya.
Ia bilang bahwa apabila ia bepergian, dia harus bersama ibunya. Ibunyalah yang selalu mengantar Krzystof dengan menggunakan mobil kemanapun ia pergi. Semoga Allah memberikan Ibu Krzystf dan Krzystof hidayah untuk memeluk islam.
Saya juga pernah berbohong dengan bilang , "let's have a walk .. I can drive for you :)". Dan ia menjawab "Thank you". Hati ini seketika menjadi sangat sedih dan saya merasa hina. Entah mengapa... . Saya merasa bahwa saya sangat sangat sangat kurang bersyukur terhadap apa yang telah allah berikan pada saya.
Melalui Skype kami juga janjian untuk bertemu hari Jumat tanggal 28 Desember 2019 sekitar pukul 2:30. Kami awalnya janjian untuk bertemu di Marino Korona tapi batal karena Krzystof harus ke Pazas Grundwaldzki untuk meng-garansikan router miliknya yang rusak. Routernya seharga 899 zl dan hanya dipakai sekitar 3 bulan. poor you, Krzystof!
Menuju Pazaz Grunwaldzki
Dari mesjid, saya dan Ulug, teman baru dari Uzbekistan, berangkat bersama menuju Pazaz Grunwaldzki. Kami berpisah disana karena waktu itu sudah sekitar jam 14.20 dan dormitory Ulug juga disebelah Pazaz Grundwaldzki.
Krzystof mengirimkan pesan WhatsApp kepada saya bahwa ia mungkin akan telat. Maka dari itu saya sempatkan mengunjungi Cropp terlebih dahulu karena saya berencana untuk membeli sepatu winter. Sedikit curhat, saya hanya membawa 2 sepatu dari Indonesia, namun 1 sepatu saya sobek di bagian bawahnya (karena dulu sering diapakai untuk bersepeda), maka dari itu kalau hujan terkadang basah dan sering kedinginan.
Cropp - Sahabat Orang Polandia Pertama, Krzystof! |
Selama di Cropp saya terpana dengan harga jaket dan sepatu yang diskonnya sampai 50%. Saya pun terus mencari sepatu yang cocok, namun tetap saja tidak ada yang cocok (Style dan uangnya). Setelah bebebrapa menit berada di Cropp, Krzystof mengirimkan saya pesan bahwa dia ada di X-Comp untuk meng-garansikan Routernya dan menawarkan kepada saya apabila ingin ikut.
X Comp - Sahabat Orang Polandia Pertama, Krzystof! |
Pas saya lihat, ternyata X-com berada di depan Cropp. Saya pun langsung kesana.
---
Di X-comp saya melihat ke arah Krzystof dan ia pun sebaliknya. Dia seperti merasa bahagia dapat teman baru. Kami berbincang-bincang sedikit mengenai Router yang ia beli dan apa yang hendak ia lakukan. Saat itu kami harus menunggu antrian, dan masih lumayan lama.
Setelah beberapa menit berbincang-bincang, salah satu petugas menghampiri kami dan meminta Krzystof untuk langsung ke depan loket dan menyampaikan kendala yang dialami. ..Betapa baiknya petugas ini, mendahulukan orang yang memang butuh untuk didahulukan...
X Comp - Sahabat Orang Polandia Pertama, Krzystof! |
Walau begitu, saya masih saja merasa sedih dengan kondisi Krzystof. Semoga Allah selalu melindungimu dan membuka hatimu juga ibumu untuk memeluk islam.
Makan Makanan Mahal
Krzystof Bilang ia sangat lapar. Maka dari itu, setelah selesai dari X-comp, saya dan krzystof ke lantai 2 untuk mencari makan.
Sebelum menuju lokasi makan, dia meminta saya untuk mengantarnya ke toilet. Saya langsung reflek, "Ok, don't worry.. I will get you there!". Sebenarnya saat itu saya juga merasa binging karena saya tidak mungkin bisa mengangkat Krzystof. Namun, Alhamdulillah ternyata di sana terdapat toilet khusus difabel.
Saya masih refleks lagi, "Do you need my help ?",. Krzystof menjawab "No, it's ok.. I will do it alone". Saya pun menunggu Krzystof diluar.
Setelah beberapa menit ia pun keluar dari toilet. Kami lantas lanngsung mencari restaurant.
Saya baru tahu bahwa ternyata di lantai 2 Pazzaz adalah tempat makan, mirip lantai 5 di ITC. Ada banyak sekali restaurant disana, diantaranya adalah McD, Pizza dll. Kami pun berputar-putar di lantai 2 untuk mencari makanan yang enak dan pas karena Krzystof adalah seorang vegetarian.
Saya sempat keder ketika tahu bahwa kita akan makan di restaurant. Bagaimana tidak, mahasiswa abal-abal seperti saya dapat duit dari mana. Saya takut harganya akan sangat mahal dan mencapai puluhan Zloty. Maklum, uang beasiswa masih akan cair bulan januari.
Setelah beberapa saat mencari restaurant, kami makan di salah satu restaurant Italia. Krzystof menanyakan saya ingin pesan apa. Namun, saya sudah bingung dan memilih untuk menu yang sama. Saya berharap bahwa saya hanya akn makan sayur.
Setelah beberapa menit menunggu akhirnya sampai juga. Ternyata pasta dan dicampur dengan beberpa salad. Rasanya enak sekali dan benar-benar seperti makanan mahal pada umumnya.
Di restaurant italia - Sahabat Orang Polandia Pertama, Krzystof! |
Kami sangat menikmati makanan tersebut (maksudnya saya).
Saya bilang kepada krzystof unutk memberitahu berapa harganya karena saya berencana untuk mengganti. Namun dia menolak. thank you, Krzystof!. Sebenarnya saya smepat melihat harganya, yaitu sekitar 47 zl. Lumayan juga sih.
Di restaurant italia - Sahabat Orang Polandia Pertama, Krzystof! |
Di restaurant italia - Sahabat Orang Polandia Pertama, Krzystof! |
Sebelum kami meniggalkan restaurant, kami sempat berfoto sejenak. Menyimpan kenangan.
Di restaurant italia - Sahabat Orang Polandia Pertama, Krzystof! |
Ngopi dan Makan Dessert
Setelah selesai makan, kami berjalan mencari ice cream atau juice dan dessert. Nah, setelah beberapa menit berjalan, kami bertemu ibunya Krzystof yang saat itu sedang berada di toko ice cream dan juice.
Kami ber tiga pun akhirnya berjalan menuju lantai 1 karena ternyata ice cream disanan harganya mahal.
Saat di lantai 1 kami langsung ke tempat kopi dan kue, bukan ke tempat ice cream. Krzystof memesankan saya kue dan kopi yang sama.
Saya juga terkadang berkomunikasi dengan ibunya dengan menggunakna bahasa Polandia. Ibu Krzystof tidak menegethaui bahasa Inggris, jadi mau tidak mau saya harus memaksakan diri walaupun po polsku saya sangat zle!.
Setelah beberapa menit berbincang-bincang, Ibu Krzystof nampaknya sudah merasa bosan karena saya dan Krzystof hanya berbicara menggunakan bahasa Inggris. Maka dari itu, kami memutuskan utnuk menyudahi pertemuan kami.
Seperti biasa, saya selalu sempatkan untuk berfoto bersama Krzystof Terlebih Dahulu.
Di restaurant italia - Sahabat Orang Polandia Pertama, Krzystof! |
Saya yakin bahwa setiap pertemuan memiliki Alasan, bukan karena kebetulan. Selain membuat saya menjadi lebih banyak bersyukur, entah pesan apa lagi yang Allah ingin ceritakan kepada saya melalui Krzystof. Semoga pertemanan ini dapat membawa keberkahan dan mendekatkan kepada surga Allah.
Melalui Krzystof, saya belajar untuk selalu bersyukur terhadap apa yang saya miliki. Saya bersyukur Allah masih sangat sayang kepada saya dengan memberikan kode-kode kepada saya untuk selalu bersyukur dan meningkatkan ketakwaan.
Semoga persahabatan kami akan terus sampai selamanya dan semoga Allah berikan Krzystof hidayah untuk menjadi seorang muslim sehingga saya (insyaAllah) bisa bertemu dengannya lagi di akhirat kelak.
Terimakasih
Wassalamualaikum..
EmoticonEmoticon