Ulang Tahun, Bangga atau Sedih ? - Makna dan Hukum Merayakan Ulang Tahun Dalam Islam

January 13, 2019
Assalamualaikum,
Ulang Tahun, Bangga atau Sedih ? - Makna dan Hukum Merayakan Ulang Tahun Dalam Islam
Ulang Tahun, Bangga atau Sedih ? - Makna dan Hukum Merayakan Ulang Tahun Dalam Islam

Tepat di tanggal 23 Januari 2019 ini saya genap berusia 23 tahun. MasyaAllah, tidak ada kata yang mampu menggambarkan betapa bahagianya saya ketika Allah masih senantiasa membiarkan nafas ini tetap berhembus dan jantung ini tetap berdetak. Entah telah berapa banyak salah dan dosa yang telah saya lakukan namun Allah tetap saja memberikan rizki dan nikmatnya yang yang tiada henti bagi saya. Terimakash Ya Allah, Ya Rahman, Ya Rahim, Ya Rabbi atas segala nikmat yang telah engkau limpahkan kepada saya dan pembaca.

Ulang Tahun, Bangga atau Sedih ?

Seperti yang telah diketahui oleh banyak orang, ulang tahun merupakan sebuah hari dimana umur bertambah. Misalkan kita lahir pada tanggal 12 Januari 1996, maka di tahun depan (1997) tepat di tanggal 12 Januari kita akan genap berumur 1 tahun. Banyak yang merayakan bertambahnya umur dengan merayakan sebuah pesta ulang tahun, jalan-jalan, meniup lilin ulang tahun dan lain sebagainya.

Begitu juga dengan saya yang penuh dosa ini. Sejak kecil hingga dewasa, saya hanya beberapa kali merayakan ulang tahun. Itupun hanya saya yang merayakannya sendiri (saat kecil dulu kira-kira saat berumur 9 tahun). Dengan bermodalkan roti seharga 500 dan beberapa teman hayalan,  saya merayakan ulang tahun dengan memakan roti itu dan berdoa kepada Allah.

Pernah juga, nenek saya membuat selamatan kecil-kecilan. Selamatan ini hanya bermodalkan Tajin (semacam bubur dari beras) kira-kira sebanyak 5 porsi. Tajin ini kemudian di doakan dan dibagikan kepada tetangga.

Perayaan Ulang Tahun di Indonesia

Bagi sebgaian orang di Indonesia, Ulang tahun merupakan sbeuah momen yang ditunggu-tunggu. Mereka beranggapan bahwa momen ulang tahun merupakan momen yangs angat spesial. Banyak yang merayakannya dengan cara berdoa karena bertambahnya umur.

Selain itu, ada beberapa perayaan ulang tahun yang tidak biasa 'sangat berlebihan'. Perayaan ini dilakukan terus-menurus dan 'nampaknya' tradisi ini sudah mendarah daging untuk dilakukan berulang-ulang. Contoh tradisi yang sangat berlebihan ini yaitu melempar tepung, telur dan air kepada orang atau teman yang sedang berulang tahun. 

Sebenarnya cara tersebut mungkin baik, namun tahukah apabila tradisi tersebut dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar. Misalnya, karena dilempari telur dan tepung dapat saja masuk kedalam mata dan mengakibatkan kebutaan. Kemudian bisa saja telur yang dilempar dapat mengakibatkan gagar otak apabila dilemparkan ke kepala. Dan lain lain.

Kemudian Makna dan Hukum Merayakan Ulang Tahun Dalam Islam ?

Menanggapi tentang perayaan ulang tahun, bagaimana menghadapi hari ulang tahun berdasarkan Islam?

Apabila dalam menghadapi hari ulang tahun dilakukan perayaan, baik perayaan tersebut merupakan seuah acara pesta, makan bersama, syukuran atau semacamnya maka terdapat dua kemungkinan.

1. Kemungkinan Melakukan Pperayaan Dalam Rangka Ibadah.
Sebagai contoh, melakukan selamatan atau syukuran dengan membaca doa-doa atau bacaaan dzikir tertentu. Perayaan ini dilakukan dalam rangka ibadah dan meritualisasi rasa syukur. Atau ada juga yang yang merayakan hari ulang tahun dengan melakukan ritual tertentu seperti mandi kembang 7 rupa atau mandi air biasa dengan memiliki keyakinan sebagai pembersih dosa yag telah dilakukan di masa lampau.

Apabila begitu, maka perayaan semacam ini termasuk dalam masalah bid'ah. Mengaapa ? Karena syukur, doa, istighfar dan dzikir merupakan bentuk dari ibadah dan ibadah tidak boleh dibuat-buat bentukya. Sehingga Sehingga bentuk perayaan ini merupakan bentuk perayaan yang dilarang dalam agama, karena Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda,

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Orang yang melakukan ritual amal ibadah yang bukan berasal dari kami, maka amalnya tersebut tertolak” [HR. Bukhari-Muslim]

Dan harus diketahui pula, bahwa orang yang membuat-buat riual baru, bukan hanya akan tertolak amalannya, namun juga akan mendapatkan dosa karena perbuatan tersebut dicela oleh Allah. Ada hadist mengenai hal ini : 

أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ

“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu.’ “ (HR. Bukhari no. 7049)

2. Kemungkinan Merayakan Ulang tahun Tidak dalam rangka Ibadah
Maksudya merayakan ulang tahun karena tradisi, kebiasaan, adat atau untuk sekedar bersenang-senang. Apabila begitu, maka perlu diketahu bahwa dalam Islam, hari yang dirayakan secara berulang disebut Ied, misalnya Iedul Fitri dan Iedul Adha, juga hari Jumat merupakan hari Ied dalam Islam. Dan perlu diketahui juga bahwa setiap kaum memiliki Ied masing-masing. Maka Islam pun juga mempunyai Ied sendiri. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

إن لكل قوم عيدا وهذا عيدنا

“Setiap kaum memiliki Ied, dan hari ini (Iedul Fitri) adalah Ied kita (kaum Muslimin)” [HR. Bukhari-Muslim]

Kemudian, Ied milik kaum muslimin telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya hanya ada 3 saja, yaitu Iedul Fitri, Iedul Adha, juga hari Jumat. Nah, jika kita mengadakan hari perayaan tahunan yang tidak termasuk dalam 3 macam tersebut, maka Ied milik kaum manakah yang kita rayakan tersebut? Yang pasti bukan milik kaum muslimin.

Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda,

من تشبه بقوم فهو منهم

“Orang yang meniru suatu kaum, ia seolah adalah bagian dari kaum tersebut” [HR. Abu Dawud, disahihkan oleh Ibnu Hibban]

Maka orang yang merayakan Ied yang selain Ied milik kaum Muslimin seolah ia bukan bagian dari kaum Muslimin. Namun hadits ini tentunya bukan berarti orang yang berbuat demikian pasti keluar dari statusnya sebagai Muslim, namun minimal mengurangi kadar keislaman pada dirinya. Karena seorang Muslim yang sejati, tentu ia akan menjauhi hal tersebut. 

Kemudian Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin –rahimahullah– menjelaskan : “Panjang umur bagi seseorang tidak selalu berbuah baik, kecuali kalau dihabiskan dalam menggapai keridhaan Allah dan ketaatanNya. Sebaik-baik orang adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalannya. Sementara orang yang paling buruk adalah manusia yang panjang umurnya dan buruk amalannya.

Karena itulah, sebagian ulama tidak menyukai do’a agar dikaruniakan umur panjang secara mutlak. Mereka kurang setuju dengan ungkapan : “Semoga Allah memanjangkan umurmu” kecuali dengan keterangan “Dalam ketaatanNya” atau “Dalam kebaikan” atau kalimat yang serupa. Alasannya umur panjang kadang kala tidak baik bagi yang bersangkutan, karena umur yang panjang jika disertai dengan amalan yang buruk -semoga Allah menjauhkan kita darinya- hanya akan membawa keburukan baginya, serta menambah siksaan dan malapetaka” [Dinukil dari terjemah Fatawa Manarul Islam 1/43, di almanhaj.or.id].

Maka dari itu, sikap islmai dalam menghadapi har ulang tahun adalah dengan tidak mengadakan perayaan khusus, biasa-biasa saja dan  berwiwaba jika hendak mengahdiri perayaan ulang tahun.

Mensyukuri nikmat dari Alah berupa kesehatan, melimpahnya harta, usia yang bertambah  seharusnya dilakukan setiap waktu, bukan setiap tahun. Ditambah lagi, ritual khusus tidak perlu dilakukan, Allah Maha Mengetahui yang nampak dan yang tersembunyi di dalam dada. Selain itu, introspeksi diri, refleksi diri dan mengorksi diri terkait apa yang telah dilakukan dan apa yang perlu ditingkatkan seharusnya menjadi renungan harian bagi setiap kaum muslim bukan renungan tahunanDemikian juga refleksi diri, mengoreksi apa yang kurang dan apa yang perlu ditingkatkan dari diri kita selayaknya menjadi renungan harian setiap muslim, bukan renungan tahunan.

Mengapa harus dirayakan ? [Tanya]

Bukankah seharusnya kita bersedih karena ajal sudah mendekat ?. Mengapa harus berbangga ?.  Menurut saya sikap yang harus dimiliki oleh seorang muslim adalah meningkatnya iman, lebih banyak berdzikir dan mendekatkan diri kepada Allah

Doa

Saya ingin ber-Terimakasih untuk seluruh teman-teman yang telah menyempatkan waktunya untuk mengucapkan selamat ulang tahun.
Ulang Tahun, Bangga atau Sedih ? - Makna dan Hukum Merayakan Ulang Tahun Dalam Islam
Ulang Tahun, Bangga atau Sedih ? - Makna dan Hukum Merayakan Ulang Tahun Dalam Islam

Ulang Tahun, Bangga atau Sedih ? - Makna dan Hukum Merayakan Ulang Tahun Dalam Islam
Ulang Tahun, Bangga atau Sedih ? - Makna dan Hukum Merayakan Ulang Tahun Dalam Islam

Semoga Allah senantiasa memberikan kebaikan kepada kita semua.

Doa saya adalah, semoga Allah senantiasa memberikan saya umur yang panjang dan bermanfaat. Dan semoga saya bisa menjadi orang yang dapat memberikan kebaikan bagi orang lain dan orang-orang yang saya cintai, mendapatkakn keusksesan di dunia dan akhirat. Aamiin

Tag:
makna ulang tahun dalam islam, hukum ulang tahun menurut islam, perlukah umat islam merayakan ulang tahun, hukum mengucapkan selamat ulang tahun konsultasi syariah, hukum merayakan ulang tahun dengan meniup lilin, ayat alquran tentang ulang tahun, syukuran ulang tahun dalam islam, doa ulang tahun dalam islam, hukum merayakan ulang tahun menurut islam, perlukah umat islam merayakan ulang tahun


Sumber : htps://muslim.or.id/3793-sikap-yang-islami-menghadapi-hari-ulang-tahun.html

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »