Assalamualaikum..
Setelah saya sedikit membahas tentang bagaimana berbakti kepada orang tua yang sudah meniggal, pada kesempatan kali ini saya akan menceritakan sebuah rangkuman kisah dari seseorang yang terkenal di langit. Cerita ini masih terkait erat dengan "apa yang seharusnya dilakukan seorang anak kepada orang tuanya".
Kisah Uwais Al Qarni
Dikatakan bahwa pada zaman nabi, tinggallah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni. Ia memiliki penyakit sopak, yaitu salah satu penyakit kulit yang menyebabkan tubuhnya menjadi belang-belang. Namun, dengan kondisi tersebut, ia merupakan pemuda yang saleh dan taat berbakti kepada Ibunya yang merupakan seorang yang lumpuh. Ia selalu merawat dan memenuhi semua keperluan atau kebutuhan serta permintaan ibunya.
Walaupun begitu, hanya ada satu permintaan yang sulit ia kabulkan.
“Anakku, mungkin Ibu tak akan lama lagi akan bersamamu. Ikhtiarkan agar ibu bisa menjalani ibadah haji,” pinta sang ibu.
Mendengar ucapan sang ibu, Uwais Al Qarni termenung. Perjalanan ke Mekkah dari Yaman sangatlah jauh dan harus melewati padang pasir yang tandus nan panas. Biasanya, orang-orang akan menggunakan unta untuk membawa perbekalan yang dibuthkan. Lantas, apakah yang akan dilakukan Uwais yang saat itu dalam kondisi miskin dan tidak mempunyai kendaraan?
Uwais Al Qarni kemudian berfikir untuk mencari jalan keluar. Setelah itu Uwais membeli seekor anak lembu. Untuk apakah anak lembu tersebut? Mungkinkan Uwais akan menggunakan lembu untuk pergi haji?
Uwais kemudian membuat kandang yang berlokasi di puncak bukit. Setiap pagi Uwais bolak-balik menggendong anak lembu yang sudah dibelinya untuk naik dan turun bukit. “Uwais gila... Uwais gila..” kata orang-orang yang melihat perilaku Uwais ini. Tentu saja, orang-orang menganggap Uwais gila karena hal aneh yang dilakukannya itu.
Tiada hari terlewati tanpa menggendong anak lembu naik-turun bukit. Semakin hari anak lembu yang telah dibelinya itu tumbuh membesar dan Uwais membutuhkan tenaga yang lebih besar pula untuk menggendong anak lembu tersebut. Namun, dikarenakan latihan yang dilakukan setiap hari, anak lembu yang telah membesar tersebut sudah tidak terasa lagi.
Bulan demi bulan berlalu. Setelah delapan bulam, masuklah musim haji. Lembu Uwais beratnya sudah mencapat 100 kg, dan Uwais semakin kuat. Ia menjadi memilliki tenaga yang besar utnuk mengangkat barang-barang. Lantas, apa maksud Uwais menggendong anak lembu yang sudah membesar tersebut? Ternyata dia sedang berlatih untuk dapat menggendong ibunya dalam melakukan haji.
Uwais Al Qarni berjalan kaki dengan menggendong Ibunya ke Mekkah dari Yaman. Uwais rela jalan kaki, menempuh perjalanan yang jauh nan sulit untuk memenuhi permintaan atau keinginan Ibundanya. MashaAllah, betapa besar cinta Uwais kepada Ibunya.
Uwais Al Qarni berjalan dengan tegap sambil menggendong ibunya wukuf di Ka’bah. Ibunya pun terharu dan bercucuran air mata karena telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka’bah, Uwais dan ibunya berdoa.
“Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata Uwais.
“Bagaimana dengan dosamu?” tanya sang Ibu keheranan.
Uwais menjawab, “Dengan terampuninya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga. Cukuplah ridha dari ibu yang akan membawaku ke surga.”.
Itu adalah keinginan Uwais yang tulus dari hatinya. Sehingga Allah pun memberikan karunia kepadanya. Seketika itu juga, Uwais sembuh dari penyakit sopak yang ia derita. Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya (ada yang mengatakan pada telapak tangan). Bulatan putih tersebut nantinya akan menjadi tanda untuk Umar bin Khaththab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat Rasulullah untuk mengenali Uwais.
Umar bin Khaththab dan Ali bin Abi Thalib sengaja mencari Uwais di sekitar Ka’bah karena Rasulullah berpesan, “Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kalian berdua, pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman.”
“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya, demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan).” (HR Bukhari dan Muslim)
Uwais Al Qarni pergi ke Madinah
Setelah menempuh perjalanan yang jauh, sampailah Uwais Al Qarni di kota Madinah. Uwais langsung mencari rumah baginda Nabi Muhammad SAW. Uwais pun sampai di rumah Nabi, sambil mengucapkan salam serta mengetuk pintu rumah Nabi. Keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Uwais Al Qarni langsung menanyakan Nabi Muhammad yang ingin sekali ia temui. Namun sayangnya, baginda Nabi tidak sedang berada di rumahnya, karena beliau sedang ada di medan pertempuran. Uwais Al Qarni hanya bisa bertemu dengan Siti Aisyah r.a., istri Nabi. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk bertemu secara langsung dengan Nabi, namun Nabi tidak bisa dijumpainya.
Saat itu perasaan hati Uwais Al Qarni bergejolak untuk menunggu kedatangan Nabi. Namun tak tahu kapankah Nabi pulang? Sedangkan di telinganya masih terniang pesan dari ibunya Uwais yang sudah tua dan sakit-sakitan agar ia cepat pulang ke Yaman.
Akhirnya, karena taat kepada ibunya, pesan yang telah diberikan oleh Ibu Uwais mengalahkan suara hati Uwais untuk menunggu dan bertemu dengan baginda Rasulullah. Setelah itu, Uwais berpamitan ke istri Rasul, Siti Aisyah r.a. untuk kembali pulang ke Yaman dan menitipkan salam untuk baginda Rasul. Kemudian, Uwais pun pergi pulang dengan perasaan yang amat sangat sedih dan terharu.
Setelah peperangan usai, Nabi Muhammad menuju Madinah. Sesampainya Nabi di rumah, Nabi menanyakan kepada Siti Aisya r.a. tentang orang yang menanyainya .
Nabi berkata bahwa Uwais meruapakan anak yang sangat berbakti dan taat kepada Ibunya dan ia merupakan penghuni langit. Mendengar pernyataan Nabi tersebut, Istri dan para sahabat nabi tertegun. Menurut istri Nabi, Siti Aisyah r.a memang ada yang mencari Nabi, namun dikarenakan kondisi Ibunya yang sedang sakit dan tua, dia harus segera pulang karena tidak bisa meninggalkan Ibunya terlalu lama.
Nabi Muhammad melanjutkan keterangannya kepada para sahabtnya terkait Uwais Al Qarni, penghuni langit.“Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih di tengah telapak tangannya.”. Setelah itu, Nabi memandangi kepada Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khaththab seraya berkata, “Suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”
Waktu terus berjalan silih berganti, hingga akhirnya Nabi Muhammad wafat. Kepemimpinan Abu Bakar pun juga sudah digantikan oleh Umar bin Khaththab.
Suatu ketika Khalifah Umar teringat sabda Rasul terkait Uwais Al Qarni, penghuni langit. Kemudian beliau mengingatkan kembali hal ini kepada Ali bin Abi Thalib. Setelah itu setiap ada kafilah yang datang dari yaman, pasti khalifah Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib akan bertanya tentang Uwais Al Qarni.
Kafilah-kafilah dari Yaman menuju Syam pun datang silih berganti dengan membawa barang barang dagangan mereka. Dan suatu ketika, Uwais Al Qarni ikut bersama rombongan kafilah dari yaman hingga tiba di kota Madinah.
Mengetahui bahwa ada rombongan kafilah yang baru saja datang dari Yaman, Ali bin Abi Thalib dan Khalifah Umar menghampiri mereka dan bertanya apakah Uwais Al Qarni ikut bersama rombongan mereka atau tidak. Kemudian, rombongan kafilah tersebut mengatakan bahwa Uwais ada bersama mereka dan ia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban tersebut, Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib bergegas pergi untuk menghampiri Uwais Al Qarni.
Setelah sampai di tempat Uwais berada, Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib memberi salam. Namun saat itu Uwais sedang menjalankan ibadah solat. Selesai solat, Uwais lantas menjawab salam Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib sambil mendekati kedua sahabat Nabi tersebut dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Saat berjabat tangan, Khalifah dengan segera membalikan telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan Nabi Muhammad. Ternyata terdapat tanda putih di telapak tangan Uwais Al Qarni.
Wajah Uwais tampak bercahaya. Sama seperti sabda Nabi yang mengatakan bahwa ia merupakan penghuni langit. Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib menanyakan namanya, dan ia menjawab “Abdullah”. Mendengar jawaban Uwais tersebut, Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib tertawa dan berkata, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian membalas, “Nama saya Uwais Al Qarni”.
Ketika dalam perbincangan, diketahuilah bahwasanya ibu dari uwais ternyata sudah wafat. Dan itulah yang menjadi alasan Uwais untuk ikut rombongan dagang dari yaman. Hingga akhirnya Ali bin Abi Thalib dan Khalifah Umar meminta Uwais agar Uwais membacakan doa dan Istighfar untuk Ali bin Abi Thalib dan Khalifah Umar. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “Saya lah yang harus meminta do’a pada kalian”.
Mendengar jawaban dari Uwais, Khalifah kemudian berkata “Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari Anda”. Seperti apa yang telah Nabi Muhammad sampaikan, yaitu utnuk meminta doa dari Uwais. Dikarenakan desakan Ali bin Abi Thalib dan Khalifah Umar, Uwais pun pada akhirnya mengadahkan tangan dan berdoa seraya membaca istighfar. Kemudian Khalifah Umar pun berjanji untuk menyumbangakn uang negara dari Baitul mal ke Uwais sebagai jaminan hidupnya. Namun sayangnya, Uwais langsung menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”
Saat Uwais Al Qarni Wafat
Jelang beberapa tahun kemudian Uwais wafat / pulang ke rahmatullah. Uniknya, terdapat fenomena aneh, ketika Uwais akan di mandikan, tiba-tiba saja sudah terdapat banyak sekali orang yang berebut ingin memandikannya. Dan saat di bawa ke tempat pembaringan dan hendak untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengafaninya. Hal yang sama juga terjadi ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Dan saat usungan dibawa ke tempat pekuburannya, terdapat banyak sekali orang yang berebutan untuk ingin mengusungnya.
Masyarakat kota Yaman pun gempar atas meninggalnya Uwais dikarenakan terdapat banyak hal mengherankan yang terjadi. Banyak sekali orang yang tidak dikenal datang untuk mengurusi jenazah dari Uwais serta pemakamannya, padahal Uwais hanyalah seorang miskin yang tidak dihiraukan oleh orang-orang. Sejak uwais dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak dikuburkan, pasti ada orang-orang yang sudah siap untuk melaksanakannya.
Para penduduk kota Yaman pun keheranan dan tercengang atas kejadian ini. Mereka juga saling bertanya-tanya satu sama lain, “Siapakah sebenarnya engkau Wahai Uwais Al Qarni? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai pengembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatnya, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya.”
Berita tentang meninggalnya Uwais dan keanehan-keanehan yang terjadi telah terdengar kemana-mana. Dan semenjak saat itulah penduduk Yaman tahu, siapakah yang sebenarnya Uwais Al Qarni itu. Selama ini tidak ada yang tahu mengenai siapakah uwais itu karena uwais meminta kepada Ali bin Abi Thalib dan Khalifah Umar untuk tidak memberitahukannya kepada orang lain dan merahasiakannya. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar bahwa Uwais Al Qarni adalah penghuni langit. seperti yang telah disabdakan oleh baginda Nabi Muhammad.
Begitulah Uwais Al Qarni, sosok yang sangat berbakti kepada orang tua, dan itu sesuai dengan sabda Rasulullah ketika beliau ditanya tentang peranan kedua orang tua. Beliau menjawab, “Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu.” (HR Ibnu Majah).
Semoga dapat mengnspirasi kita untuk selalu menghormati kedua orang tua, khususnya Ibu.
Syaikhul Jihad Abdullah Azzam : “Belum dikatakan berbuat baik kepada Islam, orang yang belum berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tuanya.”
Syaikhul Jihad Abdullah Azzam : “Belum dikatakan berbuat baik kepada Islam, orang yang belum berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tuanya.”
Wassalamaualikum..
Sumber:
http[:]//www[dot]nu[dot]or[dot]id/post/read/65059/kisah-uwais-al-qarni-pemuda-istimewa-di-mata-rasulullah
EmoticonEmoticon