Ignacy Łukasiewicz - Perjalanan Haru dan Penuh Drama Menuju Benua Biru (Eropa)

October 13, 2018
Telah banyak sekali drama yang telah saya lewati bersama teman-teman penerima beasiswa Ignacy Łukasiewicz untuk dapat berangkat ke Polandia. Mulai dari legalisir dokumen hingga pengurusan visa dan penerbangan. Salah satu drama trakhir yang saya dan beberapa teman saya lalui adalah drama untuk bisa melakukan perjalanan ke benua biru.

Seharusnya saya dan beberapa teman (Fajrin-Makassar, Radhi-Aceh dan Rafsan-Tangerang) berangkat pada hari rabu tanggal 3 oktober 2018. Namun, karena permasalahan penerbangan, kami harus merubah jadwal kami ke tanggal 4 dengan maskapai yang berbeda pula. Awalnya memang sedikit kecewa, karena kelas persiapan bahasa sudah mulai sejak tanggal 2 oktober dan pasti saya sudah tertinggal  lumayan banyak, namun apa boleh buat :) . 

Saat itu, daripada saya pusing dirumah karena gagal berangkat, saya menggunakan waktu yang tersisa untuk mencari beberapa item-item yang mungkin dapat berguna. Salah satunya, membuat rekening baru yang kartunya memiliki logo mastercard, maestro dan cirrus agar dapat menarik uang di atm luar negeri.

Ignacy Łukasiewicz - Perjalanan Penuh Drama Menuju Benua Biru : Tanggal 4 Oktober

Perpisahan dan Perjalanan Menakjubkan

Setelah berpamitan dengan kerabat dan tetangga, sekitar pukul 10.30 saya berangkat menuju bandara CGK bersama ayah. Alhamdulillah, tidak ada perbincangan apapun yang membuat saya sedih. Melainkan, saya merasa senang dan bersemangat karena motivasi dan pesan-pesan hidup yang diberikan oleh ayah. Salah satu yang saya ingat adalah, jangan lupa solat :) .

Saya berpisah dengan ayah di luar pintu masuk keberangkatan di terminal 2D karena beliau sedang merokok saat itu. Berkali-kali ayah mencium saya karena akan meninggalkan Indonesia untuk beberapa bulan atau tahun kedepan. Sempat terbesit perasaan haru dan sedih karena harus meninggalkan ayah dan keluarga di Indonesia. Rasanya memang ingin menangis karena saya akan meninggalkan rumah dan keluarga namun, I could not cry.. I am an adult now, aren't I ?

Bye dad :')

Rasa haru dan sedih itu pun berubah menjadi perasaan yang bercampur aduk antara sedih, haru, takut, bahagia dan tak percaya saat saya memasuki antrean konter check-in British airways untuk keberangkatan internasional. Namun, bukankah ini adalah salah satu takdir yang harus dijalani ? Bukankah Allah maha melindungi ? .. saya pun menguatkan tekad untuk terus melangkah dan menyerahkan semuanya kepada Allah walaupun perasaan sedih dan takut masih sering hinggap dalam benak saya.

Masalah di Konter British Airways, Koper Terlalu Berat!

Saat di konter check in satu persatu dari kami di cek mulai dari tiket, passport, visa dan surat keterangan bahwa kami akan melanjutkan kuliah di Poland. Semua pengecekan dokumen tersebut dapat kami lewati dengan baik. Hingga akhirnya satu persatu mulai menimbangkan kopernya, dimulai dari rafsan.

Saya mendapat giliran ketiga setelah rafsan & radhi. Setelah ditimbang tenyata beban di koper saya mencapai 25Kg, padahal untuk British airways, bagasi hanya disediakan sebesar 23Kg saja. 

Langsung saat itu saya kebingungan karena tidak mungkin memanggil ayah saya yang sudah pulang. Alhamdulillah, dengan baik hati rafsan dan radhi mau membantu dengan memasukkan beberapa barang saya ke koper mereka untuk mengurangi beban. Saat itu koper Rafsan hanya  sekitar 21Kg dan Radhi 22Kg.  Alhamdulillah, setelah di bagi-bagi akhirnya koper saya memiliki berat 23Kg (lebih sedikit). Thanks San and Radhi, it's totally a debt for me :') .

Terbang Ke Hongkong dengan Cathai Airways, Sudah Magrib Belum ?

Setelah selesai, kami langsung bergegas pergi ke gate penerbangan. Penerbangan kami memiliki 2 transit yaitu di Hongkong dan London. Pesawat pertama dari CGK ke HK yaitu cathai Airways.

didalam Cathay Pasific

Ini adalah kali pertama saya menaiki pesawat yang besar dan hampir kuping saya tidak merasakan sakit saat take off dan landing. Pelayanan yang di berikan sangat baik sekali. Selain itu, Ahlamdulillah, pramugarinya sangat baik dan pengertian sekali karena mau menyiapkan/ menyimpan jatah makanan saya untuk berbuka.

Salah satu dilema dalam pesawat adalah waktu Berbuka. Saat di pesawat saya tidak tahu apakah sudah waktu berbuka atau tidak. Karena di pesawat ada Wi-Fi, Saya pun mengatur jam di HP saya menjadi waktu Hong Kong. Akhirnya bisa diketahui bahwa waktu maghrib adalah 30menit sebelum pesawat landing. 

Sejam sebelum waktu berbuka saya heran mengapa langit sudah gelap dan seperti sudah masuk waktu maghrib. Memang sedikit membingungkan bagi saya, bahkan dalam hati saya ingin sekali cepat berbuka (hehehe). Maka dari itu, disaat waktu tersebut saya teringat ceramah Abd. somad yang mengatakan bahwa waktu berbuka itu mengikuti dimana kita berada.  Dengan demikian, dengan tekat yang kuat, saya berbuka puasa satu jam sebelum landing. 

Mencari Gate penerbangan selanjutnya di Hongkong

Setelah sampai di Hongkong, kami harus bergegas untuk menuju konter British Airways dan gate selanjutnya karena kami hanya memiliki waktu 2 jam saja. Letak gate tersebut yaitu di terminal 3 dan lokasi gatenya di lalui dengan menggukan kereta cepat (sejenis KRL). Ditambah lagi, kami harus mengeprint boarding pass untuk penerbangan dari hongkong dan london (juga di terminal 3).

Train di Hong Kong Airport - Sejenis KRL tapi lebih bagus

Setibanya kami di konter british Airways di Hongkong, kami banyak sekali di tanya-tanya tentang "kalian ini siapa, mau kemana sih kalian, ada perlu apa?, mana buktinya?". Cukup bikin ruwet juga sih, namun Alhamdulilah kami bisa melewatinya dengan baik :) .

Sesampainya di gate penerbangan, kami lapar. Alhamdulillah Fajrin membawa roti dan saya juga membawa telur rebus yang cukup untuk kita makan bersama.

Namun, sebelum makan ada satu kewajiban yang tidak boleh kami tinggalkan yaitu Sholat. Alhamdulillah ternyata ada tempat solat di bandara dan hanya saya serta Fajrin yang solat terlebih dahulu karena Rafsan dan Radhi harus menunggu barang-barang kami semua.

Setelah bertanya sana sini akhirnya kami menemukan lokasi musolla. Agak jauh memang karena lokasi musolla berada di gate 42 sedangkan kami berada di gate 15. 

Perjalanan menuju mushola

Alhamdulillah terdapat tempat wudhu dan sejadah di musholla. Betapa terharunya saya bahwa mereka masih mau memberikan kami ruang untuk beribadah walaupun jauh :).

Berjalan ke musolla memang cukup lelah karena kami harus berjalan kira-kira hampir 50 menit untuk menuju musolla dan kembali ke gate 15.

Penerbangan 12 Jam, Terlihatnya Bacon di Antara Makanan Lezat Rendah MSG, WC Tanpa Siraman dan Tak tertahankannya Rasa Lapar

Setelah pengecekan passport, kami melanjutkan perjalan ke Heathrow Airport, London dengan British Airways berukuran besar. Kami mendapatkan tempat duduk paling terakhir dan salah satu pramugari menawarkan kami untuk duduk di tempat yang masih kosong. Namun, kami menolak tawaran tersebut dan tetap duduk bersana.

kami sempat heran dan bertanya-tanya satu sama lain, apakah penerbangannya akan benar-benar selama 12 jam atau tidak. Dan nyatanya penerbangan kami benar-benar memakan waktu 12 jam dari Hong Kong ke London. Melelahkan sekali memang, apalagi ketika kami harus dihadapkan dengan hidangan yang ada babinya dan WC yang "ceboknya" pake tissu :') . What a terrifying disaster.

Saat di pesawat kami diberikan dua kali meal. Meal yang pertama diberikan sekitar 2 jam setelah take off. Menunya yaitu berupa nasi dengan olahan ayam dan sayur lengkap dengan buah serta minuman. Di makanan yang pertama ini saya merasa ada yang aneh dengan bumbunya, seperti lengket dan ada yang tidak beres saat itu. Namun, saya tetap saja memakan makanan tersebut. Setelah selesai makan, saya dan fajrin berbincang-bincang tentang makanan yang kita makan tadi. Salah satu topik yang di angkat adalah, "lumrahnya minyak babi yang digunakan dalam makanan bagi orang eropa dan non muslim". Saya pun langsung teringat, B2!.

Dimakanan yang kedua sekitar dini hari waktu rusia(kalau tidak salah), kami diberi pilihan untuk makan omlet atau english breakfast. Rafsan, medapat giliran pertama untuk mendapatkan makanan. DIa meminta English breakfast. Setelah di "Tela'ah", ternyata salah satu menu dari English breakfast tersebut adalah Beacon. Beacon merupakan daging Babi yang diiris tipis memanjang dan sepertinya digoreng/dipanggang. Langsung saja Rafsan menukar makanan tersebut dengan omelet.

Giliran saya pun tiba, saya memesan omelet walaupun saya masih ingat perbincangan dengan Fajrin terkait "Minyak Babi". Makanan sudah saya terima, namun masih belum saya makan karena selalu kepikiran. Setelah berpikir lama, akhirnya saya memutuskan untuk tidak memakan omlet tersebut dan mengembalikannya. Saya menukar dengan buah-buahan dan roti.

Ignacy Łukasiewicz - Perjalanan Haru dan Penuh Drama Menuju Benua Biru : Tanggal 5 Oktober 

Lapar di Heathrow London

Alhamdulillah kami sampaidi london sekitar pukul 4 dini hari di terminal 5. Udara di London lumayan dingin saat keluar dari pesawat namun panas saat berada di dalam airport. Entah mengapa.
Setelah di terminal 5 kami pergi ke terminal 3 dengan menggunakan bus airport (gratis).

Informasi gate tidak ditampilkan, melainkan akan di tampilkan satu jam sebelum keberangkatan. Sepertinya semua informasi gate penerbangan dari bandara Heathrow akan ditampilkan 1 jam seblum keberangkatan.

Waktu ransit yang dibutuhkan adalah 6 jam dan rasa lapar pun akhirnya hinggap tak terduga. Beruntung kami bisa menarik uang melalui ATM walaupun ada potongan sekitar 40 ribuan. Di ATM tersebut kami hanya bisa mengambil 20 poundsterling (nominal paling kecil, sekitar 400k). 

Sampai di Heathrow terminal 3

Berburu makanan dimulai. Makanan yang ditawarkan sangat beragam, mulai dari sushi, roti dll. Saya, fajrin dan  membeli Mi cup yang berisi sayur, dan ikan seharga roughly 5 Poundsterling. Setelah dibeli, ternyata itu merupakan salad dan tidak bisa dipanaskan. Nah, akhirnya saya pun makan walaupun rasanya aneh :'). Saya membeli buah dan coklat, jika ditotal harga keduanya sekitar 3 Poundsterling.

Salad Mi

Indahnya berbagi
Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya pada pukul 13.15 informasi gate penerbangan kami ditampilkan. Kalau tidak salah kami berada di gate 21. 

Penerbangan memakan waktu sekitar 4 jam dai Heathrow menuju Chopin Airport Warsaw. Di pesawat tersebut kami tidak diberi makanan atau minuman. Ditawarkan minuman, namun harus bayar :) .

Indahnya Warszawa dan Ban Koper yang Patah

Sesampainya di Airport chopin Warsaw, saya kaget sekali karena sangat sepi sekali. Hampir tidak ada orang. Entah mengapa jadi begini :v . 

Sampai di Bandara Chopin Warsaw - Suasana yang sepi

Dari pesawat kami langsung ke border imigrasi. Nah disini kami ditanyakan dari mana, mau kemana, dan mau apa. Kami langsung tunjukkna semua dokumen-dokumen beasiswa dan passport. Alhamdulillah, masuk dengan lancar walaupun sempat lama sekali untuk bisa melewati border. Setelah itu kami mengambil bagasi dan ada pengecekan ulang (koper). 

Sampai di bandara Chopin Warsaw

Metro
Kami menunggu mas Zul, awardee Ignacy Łukasiewicz batch 3. Setelh bertemu dengan mas Zul, kami memesan metro untuk pergi ke centralna Warsawa, karena letak stasiun berada disana. Sesampainya di centralnya, kami memesan tiket untuk naik train ke kota tujuan (worclaw dan lodz), makan di KF* dan membeli kartu perdana setempat, karena pasti nomer telpon indonesia tidak dapat digunakan. Sebenarnya, kartu provider saya (X*), bisa sekali digunakan namun akan mahal pastinya :'). Selain itu untuk provider tertentu seperti Telkom*el, jaringannya tidak ada. Selain itu, harga KF* lumayan murah, sekitar 50 ribuan klau tidak salah (konversi rupiah). Begitu juga dengan harga kartu perdana. 

Dalam Metro dari Airport ke Centralna

Sebelum menuju kereta, kami jalan jalan sebentar di kota warsaw dan melihat pemandangan gedung tinggi khas eropa. Namun naas, satu ban koper saya patah :'). Sungguh sedih rasanya karena berat sekali barang dagangan yang saya bawa. Mood saya saat itu langsung hancur dan sudah tidak mau lagi mengambil foto. Namun demikian, Alhamdulillah mas Zul, Rafsan dan Fajrin mau membantu saya menggotong koper yang berat itu hngga stasiun. Thank you gaes :') ...

sampai di warsaw



Udara di Warsaw sangat dinigin saat itu, entah berapa derajat namun anginnya seperti angin freezer kulkas dirumah saya. Begitu sejuk dan dingin (banget). Ini lah kali pertama menginjakkan kai di benua Eropa dengan udara yang jauh sangat berbeda dengan Indonesia.

Setelah selesai, Alhamdulillah saya akhirnya kami masuk kedalam train dan duduk cantik. Selang beberapa menit setelah kami train berjalan, kami didatangi seorang lelaki dan perempuan, speertinya mereka pasangan. Mereka mengklaim bahwa tempat duduk yang kami (saya dan fajrin) duduki adalah tempat duduk mereka. Kami pun langsung mengiyakan dan mengecek gerbong, memastikan apakah gerbong yang kami naiki adalah gerbong yang benar atau tidak. 



Beruntung sekali ada orang lokal yang mau membantu mengecak tiket kami. Dan benar, ternyata tempat yang kami duduki semula adaah memang tempat duduk kami. Kami menghampiri orang yang duduk di tempat kami dan mengecek tiket mereka. ternyata benar, gerbong mereka adalah terletak di gerbong sebelah.

Kami lanjut duduk di tempat semua dan tidur. Hingga akhirnya, sekitar pukul 2 dini hari saya terbangun karena, ternyata sudah sampai Lodz, kota tujuan Radhi dan Rafsan. Saya langsung membantu mereka membawakan baarang dagangan mereka ke depan gerbong tempat keluar masuk penumpang. Nyatanya, tujuan akhir dari rafsan dan radhi adalah 30 menit lagi. 

Selesai menunggu 30 menit, Rafsan dan Radhi turun. dan saat itu hanya tersisa saya dan fajrin di kereta karena kami menuju Wroclaw, kota terindah di Polandia penuh dengan bangunan khas Eropa. Wroclaw ditempuh sekitar 6 jam dari stasiun warsaw centralna. Karena kami berangkat sekitar pukul 11.30, kami berdau harus menunggu. Fajrin tidur dengan tenang, sedangkan saya ketar-ketir (tidur -melek - tidur -melek) takut stasiunnya terlewatkan. 

Sekitar pukul 3, Wroclaw Glowny (stasiun tujuan kami) sudah berada di list "next stop" yang ditampilkan melalui monitor. Selang beberapa saat, Mas Yuda, Awardee Ignacy Łukasiewicz  batch 3 menelpon dan WA saya untuk "jangan sampai terewatkan stasiunnya". sejak saat itu saya tidak tidur. 

Sekitar pukul 4 saya keluar  gerbong dan bertemu dengan Mas Yuda. Langsunglah kami memesan tiket tram seharga 56 zloty yang bisa digunaan selama seminggu. Selama di perjalanan, saya merasa Amazed  dengan bangunan- bangunan khas eropa yang elok nan cantik.

Jalanan di Politechnika wroclawska
Sesampainya di dromitory, koper dan tas kami titipkan di ruangan mba Elisa dan kami tinggal di kamar mas Yuda selama 2 hari karena manager dorm libur saat hari sabtu. 

Dari sinilah, perjalan kami dimulai :)
Terimakasih

 Wassalamaualaikum

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »